Lifestyle

Hati-hati Skoliosis De Novo, Kondisi yang Bikin Lansia Sulit Berjalan

Infoanda.id – Skoliosis adalah kondisi kelainan bentuk tulang belakang yang menyebabkan lengkungan tidak normal ke samping. Penyakit ini bisa terjadi pada semua usia, termasuk lansia. Pada kelompok usia lanjut, skoliosis sering kali dikaitkan dengan degenerasi tulang belakang yang menyebabkan postur tubuh miring ke samping dan bungkuk ke depan.

Salah satu bentuk skoliosis yang kerap menyerang lansia adalah skoliosis de novo, yaitu skoliosis yang muncul akibat proses penuaan tanpa atau dengan riwayat skoliosis sebelumnya.

Dokter konsultan tulang belakang di Eka Hospital BSD, Phedy mengatakan skoliosis de novo terjadi akibat kerusakan bantalan tulang belakang yang tidak seimbang antara sisi kanan dan kiri.

“Ketika bantalan mengalami proses penuaan degeneratif yang tidak seimbang, maka bagian yang disokong oleh bantalan ini akan miring. Akibatnya, tulang belakang bergeser ke samping atau ke belakang,” kata dia saat temu media di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan, Kamis (27/2).

Phedy menyebut skoliosis de novo pada lansia sering kali disertai jepitan saraf, berbeda dengan skoliosis pada remaja yang biasanya tidak menimbulkan komplikasi saraf.

“Pasien yang tadinya tegap bisa menjadi miring dan bungkuk ke depan. Mereka sering mengeluh tidak kuat berjalan jauh, mengalami kebas, kesemutan, hingga lemah pada tungkai,” katanya.

Mengapa Skoliosis De Novo Bisa Terjadi?

Seiring bertambahnya usia, tulang belakang mengalami degenerasi alami. Namun, pada beberapa orang, proses penuaan ini tidak seimbang antara sisi kanan dan kiri tubuh, sehingga menyebabkan tulang belakang melengkung.

Phedy menggambarkan bahwa bantalan tulang belakang yang tadinya berbentuk segi empat bisa menjadi miring karena aus.

“Tanda spesifiknya adalah tubuh makin miring dan muncul semacam punuk yang sebelumnya tidak ada. Jika ditanya apakah bisa diperbaiki? Bisa, tapi sejauh apa, itu tergantung kondisi pasien. Fisioterapi bisa membantu menjaga keseimbangan tubuh ke samping dan ke belakang,” tambahnya.

Namun, jika skoliosis sudah berat, dokter mungkin menyarankan operasi. Tujuannya bisa untuk membebaskan saraf yang terjepit, memasang pen untuk menopang tulang, atau memperbaiki keseimbangan postur. Semua ini tergantung tingkat keparahan pasien.

Gejala Skoliosis De Novo pada Lansia

Skoliosis pada lansia sering kali tidak disadari oleh penderita. Biasanya yang sadar justru, keluarga atau teman yang melihat perubahan postur tubuh mereka.

“Pasiennya sebenarnya sadar, tapi sering kali tidak memperhatikan. Yang biasanya sadar duluan itu keluarganya, karena melihat tinggi badan berkurang. Padahal, bukan karena bertambah pendek, tapi karena makin bungkuk dan miring ke samping,” ungkap Phedy.

Beberapa gejala skoliosis de novo yang umum pada lansia meliputi:

– Tubuh terlihat semakin miring ke samping atau bungkuk ke depan

– Nyeri punggung kronis

– Postur tubuh tidak simetris (misalnya, bahu atau pinggul lebih tinggi dari sisi lainnya)

– Muncul punuk pada punggung bawah

– Cepat lelah karena postur tubuh yang tidak seimbang

– Kesulitan berjalan atau berdiri dalam waktu lama

– Pada kasus berat, terjadi jepitan saraf yang menyebabkan nyeri ke tungkai, kebas, kesemutan, hingga kelemahan otot

Cara menangani skoliosis de novo pada lansia

Penanganan skoliosis de novo bertujuan untuk memperbaiki keseimbangan tubuh, mengurangi nyeri, dan mencegah kelengkungan tulang semakin parah. Berikut beberapa metode yang bisa dilakukan:

1. Terapi Fisik dan Latihan

Terapi fisik penting untuk memperkuat otot penopang tulang belakang dan meningkatkan fleksibilitas. Beberapa latihan yang direkomendasikan misalnya, latihan peregangan dan yoga untuk meningkatkan fleksibilitas, latihan penguatan otot inti dan punggung untuk menstabilkan tulang belakang, dan latihan keseimbangan untuk mengurangi risiko jatuh.

2. Penggunaan Obat-obatan

Obat pereda nyeri dan antiinflamasi dapat membantu mengurangi rasa sakit yang disebabkan oleh skoliosis. Jika skoliosis disertai osteoporosis, dokter dapat meresepkan obat untuk menjaga kepadatan tulang.

3. Penggunaan Penyangga (Brace)

Brace tidak disarankan untuk skoliosis degeneratif karena tidak dapat memperbaiki kelengkungan tulang belakang. Namun, pada kasus nyeri hebat, brace bisa digunakan dalam jangka pendek untuk mengurangi beban pada punggung.

4. Operasi

Operasi diperlukan jika skoliosis menyebabkan kelengkungan tulang lebih dari 50 derajat, gangguan keseimbangan lebih dari 3 cm ke depan atau ke samping yang tidak membaik dengan terapi fisik.

“Kemudian terjadi jepitan saraf berat yang menyebabkan nyeri parah, kebas, kesemutan, atau kelemahan tungkai,” kata dia.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button